Tuan dan Nona

Tuan.
Sudah hampir hilang dalam bayanganku tentang anda Tuan. Bahkan ingatan saat jabatan tangan pertama kita sudah terlupakan kapan itu terjadi. Sibuk dengan keadaanku sekarang hingga Tuan tak pernah lagi aku pikirkan.
Dan sekarang anda hadir Tuan. Hadir seakan semua yang baru terlewatkan sehari yang lalu, hari dimana kau putuskan untuk pergi dan aku memilih untuk menunggu tanpa hasil. Indah memang senyum anda Tuan, seindah senja yang kita lewatkan bersama. Ya sayang aku hanya rasakan gelap dan dingin dari semua kenangan ini Tuan.
Tuan bolehkah aku meminta padamu untuk yang terakhir ini? Permintaan ku sederhana Tuan.
Sudikah Tuan kembali menghilang dari hadapanku? Jangan muncul kembali Tuan. Saya jengah.

Nona.
Garis wajahmu terlihat dewasa hai Nona. Tatapan polosmu yang menggugah rasa kini hilang berganti dengan sorotan tajam penuh percaya diri. Apa yang kau lewati selama ini hai Nona? Berapa banyak pengalaman yang kau ambil dan membangun wujud mu yang polos menjadi mandiri ini Nona?
Sungguh aku merindukanmu Nona. Merindukan setiap cerita, tawa dan kelakuan yang kau hadirkan tanpa ada batasan sedikit pun. Tapi sekarang kau sungguh dingin dan tertutup Nona. Apa ini karena aku? Apa kau mulai melupakanku? Bencikah atas kehadiranku saat ini Nona.
Aku hanya ingin kau tahu Nona, jauh dalam khayal ku kau akan sama manisnya seperti awal perjumpaan kita, awal saat tangan kita saling menjabat.
Nona bolehkan ku minta satu hal padamu? Permintaanku sederhana Nona.
Maukah kau bersanding denganku sekali lagi? Memulai apa yang sempat hilang? Aku menunggumu. Nona.

================================================================

Saling duduk berhadapan tanpa saling menatap.
Catatan lama yang usang sulit diubah. Yang baru memiliki pilihan.
Meneruskan cerita lama atau memulai yang baru.

Hai Tuan.
Hai Nona.
Sampai kapan kalian berdiam dan saling mengutuk dalam hati. Saya hanya bisa melihat kalian terdiam.
Tuan dan Nona.